Oleh: Hadi Susilo. Ketua LSM Aliansi Masyarakat Anti Korupsi Provinsi Bangka Belitung
Saberpungli.com l Seorang raja ingin dirinya dilukis yang akan dipajang di galeri istana yang berisi foto-foto raja-raja yang telah memerintah, tapi belum ada lukisan dirinya.
Dipanggillah para pelukis terbaik di kerajaan tersebut. Di hadapan para pelukis, raja mengumumkan akan memberikan hadiah yang banyak kepada pelukis yang terpilih.
Raja ingin dirinya dilukis seperti halnya raja-raja sebelumnya yang terlihat gagah dan berwibawa. Mendengar hal itu, satu per satu pelukis mengundurkan diri dengan berbagai alasannya.
Mereka memang para pelukis hebat, tetapi untuk menuruti keinginan raja tersebut, sangatlah sulit. Mereka takut lukisannya mengecewakan raja, dan akhirnya mendapat hukuman. Para pelukis berpikir, tidak mungkin melukis seorang raja yang Satu Kakinya Pincang dan Satu Matanya Buta terlihat gagah. Itu adalah suatu hal yang mustahil.
Tinggallah seorang pelukis yang tersisa. Dia menyanggupi tantangan tersebut. Dia tahu risiko yang menyertai kesanggupannya. Namun, dia juga sadar bahwa itu kesempatan baik dan langka yang tidak boleh disia-siakan.
Setelah beberapa hari, pelukis itu berhasil menyelesaikan tugasnya. Sedang pelukis yang lain meragukan hasilnya. Mereka menduga sesuatu yang buruk akan terjadi pada rekannya itu.
Pada hari yang ditentukan, pelukis membawa lukisannya ke istana. Lukisan itu diletakkan di meja berbentuk lingkaran. Berdiri, ditutupi dengan kain putih bersih.
Raja berjalan mendekati lukisan tersebut. Suasana hening. Semua menahan napas. Yang terdengar hanya ketukan ketukan tongkat raja menyangga tubuhnya, posisi raja yang kian mendekat ke tempat lukisan itu.
Sampai di depan lukisan, raja diam sebentar, hati berdebar-debar dalam pikiranya apa yang pantas akan diberikan berujud hadiah atau hukuman. Semua yang hadirpun menundukkan kepala. Tak mampu membayangkan kalau raja sampai tersinggung dan murka.
Raja menarik kain putih itu pelan-pelan. Waktu seakan berhenti berputar. Tarikan kain itu terasa amat lama bagi siapa pun di ruangan itu.
Lukisan tersingkap sempurna. Semua kian tertunduk. Hanya raja yang berdiri mematung memandangi lukisan itu.
Sesungging senyum menghias wajah raja. Dia menatap dirinya dalam lukisan itu sedang naik kuda perang. Terlihat dari samping, sehingga kakinya yang Cacat tidak terlihat. Di atas kuda itu, raja duduk gagah menggenggam busur panah. Sebuah anak panah diarahkan ke musuh, sehingga matanya yang Buta seakan sedang membidik.
Raja berdehem-dehem. Darah hadirin kian berdesir. Mereka semakin tidak berani mengangkat kepala, tak lama kemudian.”Luar biasa…! Sungguh Luar Biasa,.. Aku suka lukisan ini,” kata raja.
Huft… Semua bernapas lega. Serentak mengangkat kepala, tersenyum, dan bertepuk tangan.
Tak banyak orang yang berani mengambil risiko. Hanya orang-orang yang percaya dan mempunyai kompetensi yang sanggup melakukannya.
Banyak orang yang sebenarnya punya potensi. Namun sayang, nyalinya kecil. Daripada berhadapan dengan risiko, dia memilih mundur teratur, tak berani mengambil resiko ketika ada peluang.
Semoga semua kita selalu dalam keadaan, Iman, Ikhlas, Sabar, Berpengharapan Yang Teguh, Sehat, Bahagia dan Pandai Bersyukur.