Manaqib Kanjeng Sunan Gunung Jati, Bahwasan nya bangsa China Takluk kepada Syekh Syarif Hidayatulloh Sunan Gunung Jati

Mediasaberpungli.com | Artikel

Menurut sejarah bahwa pada suatu waktu Syeh Syarif Hidayatullah Raja Caruban Nagari Ke-2 dengan Gelar Raja Susuhunan Jati (Sunan Gunung Jati) berkunjung ke Negara Cina yang pada saat itu Negara Cina sedang terserang wabah penyakit yang sukar disembuhkan

Bacaan Lainnya

Kemudian di pinggir pantai beliau mendatangi pengrajin piring keramik yang sedang sakit dan berhasil disembuhkannya lalu diajaknya kasuk islam dan pengrajin piring keramik menerima ajakan Syeh Syarif Hidayatullah, kemudian beliau meneruskan perjalanannya bertemu pengrajin penimbal poci yang sedang sakit dan berhasil disembuhkannya lalu diajaknya masuk islam dan pengrajin penimbal poci menerima ajakan Syeh Syarif Hidayatullah

Kemudian beliau meneruskan perjalanannya sampai menuju Kota Tartar dan beliau berhasil mengislamkan rakyat Tartar dan para pembesar Tartar, kemudian untuk beberapa waktu beliau bermukim di Tartar sehingga terknal bahwa Syeh Syarif Hidayatullah adalah seorang yang sakti dan bijaksana, sampai berita ini terdengar dalam Keraton Sri Maha Raja Ong Te Ratu Agung di Negara Cina

Lalu Sri Maha Raja Ong Te mengumpulkan para wadiyabalanya dan berkata kepada Kian Patih “aku mendengar ada seorang Pendeta baru yang konon katanya terkenal sakti dan bijaksana, sekarang undang untuk menghadap saya dan jangan sampai tidak terbawa”.

Kemudian Kian Patih segera melaksanakan tugasnya menuju Negara Tartar dan menemui Syeh Syarif Hidayatullah dengan keadaan tergesah- gesah lalu Syeh Syarif Hidayatullah bertanya :

“Hai Patih ada kepentingan apa kamu menemui saya..?”

Patih menjawab “saya diutus oleh Sri Maha Raja Ong Te untuk menemui seorang Pendeta baru yang terkenal untuk menghadap Sri Maha Raja Ong Te apakah benar kamu orangnya..?

Siapa dan dari mana asalnya..?”

Dijawab “Syeh Syarif Hidayatullah namaku, aku datang dari Pulau Jawa Kerajaan Caruban Nagari (Keraton Pakungwati) Cirebon tempatnya.

Kalo demikian silahkan Patih pulang saja duluan nanti saya akan segera menyusul, lalu Patih mematuhinya dengan segera mempercepat perjalanannya.
Namun apa yang terjadi sangat mengejutkan hati Sang Patih, karena ketika hendak menghadap dan melaporkan hasil pertemuannya denga Syeh Syarif Hidayatullah kepada Sri Maha Raja Ong Te, ternyata Syeh Syerif Hidayatullah sudah lebih dahulu datang dan menghadap Sri Maha Raja Ong Te, lalu Sri Maha Raja Ong Te bertanya :

” Wahai Patih apakah benar ini orangnya Pendeta terkenal sakti dan bijaksana itu..?”

Patih menjawab “benar Yang Mulia” sambil hatinya merasa terheran- heran, lalu Sri Maha Raja Ong Te hendak menguji kesaktian Syeh Syarif Hidayatullah dengan cara manipulasi yaitu Putrinya yang bernama Ong Tien yang masih gadis perutnya dipasang bokor kuningan dan didandani layaknya seorang wanita yang sedang mengandung, lalu dipanggilnya Ong Tien untuk menghadap di Paseban, kemudian Sri Maha Raja Ong Te bertanya :

” Hai Pendeta menurut kamu putriku ini perutnya besar apakah karena mengandung..??

” Apakah karena penyakit..??

Kalo mengandung siapa laki- lakinya..? Kalo penyakit apa obatnya..?”

Syeh Syarif Hidayatullah hatinya merasa benar- benar bahwa dirinya sedang diuji dan akan dipermalukan dihadapan para Wadyabalanya.

Lalu Syeh Syarif Hidayatullah sambil berdoa kepada ALLAH semoga jawabannya bisa terbukti dan bisa menjadikan kenyataan pahit bagi Sri Maha Raja Ong Te sendiri atau yang biasa disebut senjata makan tuan.

Lalu dengan tegas Syeh Syarif Hidayatullah menjawab :

” Putri tuan mengandung karena kuasa ALLAH tanpa lawan jenis”

Dan seketika itu juga Sri Maha Raja Ong Te murka mendengar jawaban beliau.

Karena dianggap omong kosong dan beliau diusir dari Paseban, lalu beliau segera pulang meneruskan perjalanannya

Namun betapa terkejut dan malunya dihadapan para wadyabalanya, karena ketika Sri Maha Raja Ong Te membuka dandanan di perut Putrinya ternyata bokor kuningan yang dipasang diperut Putrinya lenyap dan jadi mengandung sesungguhnya

Ong Te terbengong- bengong dan keheranan sekali karena Sang Putri Cina jatuh cinta kepada Syeh Syarif Hidayatullah siang malam menangis karena tidak ada yang terlihat selain bayangan Syeh Syarif Hidayatullah.
Ong Te segera menyebar Wadyabalanya untuk mencari Syeh Syarif Hidayatullah namun tidak ditemukan Sang Putri Cina sangat rindu dan berkata :

” Demi Ayahanda Prabu aku lebih baik mati berserah jiwa dan raga dari pada hidup tanpa guna kalau tidak jadi satu dan menikah dengan Pendeta muda itu, kalau diijinkan saya akan menyusul sendiri ke Pulau Jawa”

Sang Prabu kebingungan sekali sebab kalau tidak dituruti niscaya Sang Putri akan bunuh diri.

Sang Prabu segera memanggil kian Patih ” Hai Patih engkau antarkan Putriku Ong Tien untuk menemui Pendeta muda yang berada di Pulau Jawa dan bawa seorang Bupati, 1.500 Wadyabala dan tiga Kapal isilah guci panjang, kong, jembangan dan uang.

Kelak jika sudah bertemu dengan Pendeta muda itu dimohon pulang ke Negara Tartar, lima Negara bagian yang aku miliki sungguh akan aku serahkan janganlah sampai tidak terbawa dan barang- barang didalam dua Kapal beserta para Wadyabalanya serahkan untuk mengabdi kepada Pendeta muda dan kalau Putriku suka di Pulau Jawa supaya diserahkan tetap bermukim di Pulau Jawa untuk mengabdi kepada Pendeta muda”

Kian Patih mengucap “Sendika Yang Mulia”

Lalu Sang Putri masuk kedalam Kapal meneruskan perjalanannya dengan diiringi 1.500 Wadyabala beserta barang- barang bawaannya berlayar menuju Pulau Jawa dan berhasil bertemu dengan Syeh Syarif Hidayatullah di Amparan Jati (Gunung Jati) dan setelah Putri Ong Tien menikah dengan Syeh Syarif Hidayatullah ternyata keduanya Iebih memilih untuk tinggal dan menetap di KERAJAAN CARUAN NAGARI (Keraton Pakungwati) Cirebon.

Dan setelah putri Ong Tien melahirkan seorang putra (anak laki-laki) maka putranya diberi nama

” Pangeran Aryakemuning ” (bokor kuningan yang lenyap dari perut putri Ong Tien)

Kemudian setelah Pangeran AryaKemuning menginjak usia dewasa beliau diberi Wilayah kekuasaan oleh Syeh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) di Wilayah Kuningan yang sekarang disebut Kabupaten Kuningan dan Pangeran Aryakemuning diangkat sebagai Dipati Aryakemuning.

Semoga dengan ulasan sejarah ini dapat mengingatkan kembali seluruh anak cucu keturunan Caruban Nagari Pakungwati Cirebon Trah Padjadjaran, agar anak cucu nanti sebagai generasi penerus Cirebon jangan sekali- kali melupakan sejarah dan peradaban para leluhurnya

” Semoga dengan manaqib kanjeng Sunan gunung jati kita semua terhidar dari wabah virus corona yang sekarang sedang melana negari indonesia Aamiin🤲🤲 Aamiin

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *