Masyarakat Dua Kampung Sepakat Ambil Tindakan, Jika TI Tidak Dihentikan

Saberpungli.com l Bangka Belitung – Saat dijumpai Detikkasus.com dan Tim 9 Jejak Kasus, Jumat (11/12/2020) pukul 14.08 WIB, warga masyarakat Kampung Matras dan Bedeng Abeh mengatakan, bahwa ada aktivitas penambangan TI di Desa Matras, lokasi hutan lindung. Tambang TI beroperasi di pinggir pantai. Hal ini yang membuat seluruh masyarakat Matras dan Bedeng Abeh, marah dengan aktivitas itu. Warga nelayan sudah sangat merasa mengganggu mata pencarian mereka sebagai nelayan. Akibat dampak dari penambangan timah ini, membuat hasil tangkapan nelayan tradisional sudah berkurang disebabkan airnya keruh. Yang membuat warga setempat lebih kesal lagi, pelaku penambang timah, bukan asli warga sekitar.” Yang melakukan orang-orang luar Sungai Liat, setelah habis timah, mereka tinggalkan tanpa dibenahi lagi,” papar warga yang enggan disebutkan namanya.

Lanjut warga, jika kami pribumi, jelas selesai kami menambang timah, pasti kami perbaiki lahan itu, dengan ditanami pohon lagi.

Sementara, Bung AC (41) yang mewakili warga setempat menyatakan, bahwa dua Kampung ini, sepakat menolak kehadiran orang dari luar kampung setempat, melakukan penambangan di daerah ini. Sebab tempat tanah kelahiran kami. Selama kami melakukan aktivitas penambangan semua orang asli sini, bukan orang asing dan ekonomi di dua kampung, bisa menghidupi keluarga. Di saat dampak Covid-19 ekonomi susah dan sulit, akan tetapi kami Alhamdulillah bisa menghidupi semua keluarga kami di dua kampung ini.”Kami tidak terima, kenapa setelah kami diberhentikan tidak boleh menambang dan ditertibkan oleh pihak-pihak terkait, kami ikuti, turuti untuk angkat alat TI kami. Dan secara tiba-tiba kok ada yang melakukan penambangan. Apalagi bukan masyarakat dua kampung kami,” ungkap Bung AC dengan nada kesal.

Sedangkan MS (42) yang juga mewakili warga Matras menyampaikan, kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait, agar secepatnya penambang di tanah kelahiran kami, dihentikan. Jangan sampai ada gejolak di area tambang itu.”Kamis kemarin masyarakat sudah berkumpul ingin ambil tindakan,” tukas MS.

Salah satu warga setempat IY (31) menegaskab, jangan ada penambangan di wilayah kampung kami ini. Mewakili semua warga, agar kiranya segara menarik ponton-ponton mereka. Apalagi mereka menantang warga Matras dan Bedeng Abeh. Kemarin massa sudah kumpul untuk mendatangi penambang. Akan tetapi masih bisa kita redam.

IY juga mengatakan, bahwa ia mendengar dari salah satu penambang, bahwa aktivitas tambang sekarang orang kuat. Jadi kami menduga dibekingi oleh oknum aparat.

MS (48) warga setempat dengan nada tinggi menambahkan, di sini kami dibesarkan orangtua kami, bahkan nenek moyang kami orang sini. Mereka penambang sudah tidak menghargai, apalagi menghormati seluruh masyarakat setempat. Tidak ada kata assalamualikum, bertamu ke rumah kami.

MS juga menegaskan, jika pemerintah dan pihak yang punya wewenang, tidak bisa melakukan, upaya untuk menghentikan aktivitas penambang orang asing bukan asli pribumi. Kami dua kampung, sudah sepakat turun ke lokasi, untuk hentikan, mengusir mereka. Jangan salahkan kami jika ada tindakan di luar kemauan masyarakat. Masyarakat selama Corona ini, susah untuk beri keluarga makan, hutang sana-sini. Untuki bikin ponton, sampai jual barang-barang dan pinjam uang sana-sini, agar bisa kerja TI.”Belum balik modal, usaha kami dirazia dan ditertibkan pihak terkait,” papar MS.

Setelah beberapa hari ditambang orang asing dan juga ada penambang yang angkat dada, garang, mengatakan kepada warga bahwa kepunyaan A. Kami masyarakat ditakut-takuti.”Kami menduga oknum aparat membeking penambangan ilegal ini,” tambah MS yang diiyakan rekan-rekannya.

TH, IY, MS dan warga dua Kampung Matras dan Bedeng Abeh menyatakan, sepakat bersama, karena mereka batal untuk mengusir penambang orang luar. Sekarang kami tegaskan, kepada pemerintah, pejabat dan semua pihak terkait untuk menghentikan penambang ilegal yang merampas, merusak ekonomi masyarakat. Dengan jelas semua sudah di backup, yang kami duga oknum aparat yang berpangkat.”Jangan salahkan kami jika seluruh warga dua kampung ambil tindakan,” tegas warga.
(Tim 9 Babel)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *